Minggu, 06 April 2008

DIAN dan BERONTAK

Hari ini, tak ada rona yang biSA kupoles selain diam dan diam.

Meskikah kuberontak?

dengan cara apa?!

ataukah kujalani semuanya tanpa riak yang menyeruak

TAK SEKEDAR OBSESI

Suaraku serak, berat untuk ukuran seorang wanita. Kulitku kasar, kusam dan gelap untuk ukuran seorang miss. Lakuku kaku, bahasaku kolot untuk ukuran seorang miss.

Tetapi itulah aku.

Tak perlu diriku terlena oleh obsesi merombak segalanya hanya demi sebuah status dan pengakuan. Yang penting adalah apa yang bisa kulakukan dan kuperbuat.

Selasa, 01 April 2008

Karena toga

Hari itu, kutangkap lagi kilatan kecewa dimata bunda. Hari ketika toga dengan anggunnya membalut tubuhnya. Toga yang mestinya terpasung gagah ditubuhku ini.

Aku diam

Aku gagu

Kegagalan itu kembali menjadi belati yang menggores luka dihati orang yang menitipkan mahkota harapan dikepalaku. Mengharapkan aku menjadi pelita dikegelapan.

Maafkan aku

Maafkan aku

Mafkan aku

(pondok malino jaya, 31 januari 2008)

Kaburnya pelangiku II

Karena tuhan hanya mencipta adam dan hawa diawal sejarah, izinkan aku mengakui adam sebagai wujud ragaku. Haruskah hatiku kusembahkan pada sosok sang hawa?! andaikan ada sosok lain. Siapa dia. Dimana dia. Mungkin dialah cintaku.

(entol agape)

Kaburnya pelangiku I

Biarlah kukubur nama pemberian orangtuaku dibalik tabir. Bersembunyi disana tak terbaca oleh hasrat yang terpasung. Karena apalah arti sebuah nama. Namun, sekedar hitam diatas putih kumaklumatkan nama dan tempatku. Biar dingin tak membawa berita buruk, biar burung tak berkicau salah saat ingin kusapa orang-orang yang mekar abadi direlung hatiku.

(entol agape)

Jerit hati sang peri

Andai diriku berjejak di negeri matahari terbit, pastilah sakura menjadi mahkotaku.

Andai diriku terlahir di negeri kincir angin, pastilah tulip menjadi penghiasku

Andai diriku terlahir dirimba kalimantang, pastilah raflessia menjadi penganggahku.

Namun aku disini

Dinegeri bawakaraeng

Sudah pasti edelweiss menjadi symbol cintaku.

Kering memang

Tiada ceria noda, bahkan tiada wangi.

Namun bunga keabadian menjadi penamaku

(nirwana oretcabora jafar)

Intuisi kita

Bila orang lain memandang suatu objek hanya dari kacamata berguna atau tidak, maka kita memandangnya selalu berguna.

Nilai suatu benda tergantung dari intuisi kita

(fs, nirwana)

Ilmu dari sang ayam

Sebelum fajar beranjak pergi, pastilah ayam riuh mematuk makan ditanah. Mengais dan mencari cacing-cacing tanah. Kala anak-anaknya kecil sepasang sayapnya selalu menaungi anak-anaknya. Berapapun banyaknya. Tak dibiarkannya sang pengganggu datang merusak segalanya.

(pondok malino. 16 maret 2008)

Hormat vs minder

Antara rasa hormat, taksim dan kerendahan diri ternyata setipis bawang dengan ketakpercayaan pada diri sendiri

(jurmat. 24 maret 2008) 13: 55

HARI INI

Kembali kugoreskan hitam sebagai penoda di atas putih ini.

Angin tahu!

Kesepianpun tahu!

Kalau diriku kembali berkabung.

Keresahan itu kembali menyeruak. Membirukan jiwaku yang memang selalu merana.

Untai demi untai kata hanya terangkai menjadi kalimat MATI.

Seperti harapanku yang kini menanti…………………

Menanti malaikat kematian menyempurnakan deritaku!!!!

Disini, aku kembali berkarat!!!

(Pondok Malino Jaya. 19 Januari 2008. 08:15)