Hari ini, tak ada rona yang biSA kupoles selain diam dan diam.
Meskikah kuberontak?
dengan cara apa?!
ataukah kujalani semuanya tanpa riak yang menyeruak
setiap kata,adalah sembilu nan tajam yang mampu membawa espresi jiwa yang menggoresnya.seribu kegetiranku, sejuta jeritku dan sekuntum mimpi-mimpiku yang kurangkai menjadi sebait kata yang usang. kuharap, secercah cahya yang bersemayam mampu terlihat oleh mata yang menatap.
Hari ini, tak ada rona yang biSA kupoles selain diam dan diam.
Meskikah kuberontak?
dengan cara apa?!
ataukah kujalani semuanya tanpa riak yang menyeruak
Suaraku serak, berat untuk ukuran seorang wanita. Kulitku kasar, kusam dan gelap untuk ukuran seorang miss. Lakuku kaku, bahasaku kolot untuk ukuran seorang miss.
Tetapi itulah aku.
Tak perlu diriku terlena oleh obsesi merombak segalanya hanya demi sebuah status dan pengakuan. Yang penting adalah apa yang bisa kulakukan dan kuperbuat.
Hari itu, kutangkap lagi kilatan kecewa dimata bunda. Hari ketika toga dengan anggunnya membalut tubuhnya. Toga yang mestinya terpasung gagah ditubuhku ini.
Aku diam
Aku gagu
Kegagalan itu kembali menjadi belati yang menggores luka dihati orang yang menitipkan mahkota harapan dikepalaku. Mengharapkan aku menjadi pelita dikegelapan.
Maafkan aku
Maafkan aku
Mafkan aku
(pondok malino jaya, 31 januari 2008)
Karena tuhan hanya mencipta adam dan hawa diawal sejarah, izinkan aku mengakui adam sebagai wujud ragaku. Haruskah hatiku kusembahkan pada sosok sang hawa?! andaikan ada sosok lain. Siapa dia. Dimana dia. Mungkin dialah cintaku.
(entol agape)
(entol agape)
Andai diriku berjejak di negeri matahari terbit, pastilah sakura menjadi mahkotaku.
Andai diriku terlahir di negeri kincir angin, pastilah tulip menjadi penghiasku
Andai diriku terlahir dirimba kalimantang, pastilah raflessia menjadi penganggahku.
Namun aku disini
Dinegeri bawakaraeng
Sudah pasti edelweiss menjadi symbol cintaku.
Kering memang
Tiada ceria noda, bahkan tiada wangi.
Namun bunga keabadian menjadi penamaku
(nirwana oretcabora jafar)
Bila orang lain memandang suatu objek hanya dari kacamata berguna atau tidak, maka kita memandangnya selalu berguna.
Nilai suatu benda tergantung dari intuisi kita
(fs, nirwana)
(pondok malino. 16 maret 2008)
(jurmat. 24 maret 2008) 13: 55
Kembali kugoreskan hitam sebagai penoda di atas putih ini.
Angin tahu!
Kesepianpun tahu!
Kalau diriku kembali berkabung.
Keresahan itu kembali menyeruak. Membirukan jiwaku yang memang selalu merana.
Untai demi untai kata hanya terangkai menjadi kalimat MATI.
Seperti harapanku yang kini menanti…………………
Menanti malaikat kematian menyempurnakan deritaku!!!!
Disini, aku kembali berkarat!!!
(Pondok Malino Jaya. 19 Januari 2008. 08:15)